Kamis, 14 Juni 2012

Penjelasan ISO dan Diafragma (aperture)


Inti dari sebuah kegiatan fotografi adalah cahaya. Ketersediaan cahaya yang memadai adalah mutlak diperlukan jika kita ingin menghasilkan sebuah karya foto yang layak. Cahaya ini dibagi dalam 2 jenis pokok; yaitu cahaya visible dan cahaya invisible. Cahaya visible adalah cahaya normal yang dapat tertangkap oleh mata manusia, baik itu cahaya alami yang bersumber dari cahaya matahari maupun cahaya buatan manusia yang bersumber pada lampu continues maupun flashlight atau yang biasa dikenal dengan sebutan blitz. Cahaya invisible contohnya adalah seperti dalam pemotretan dengan infra merah atau sinar X untuk rontgen.
Teknik fotografi sesungguhnya adalah teknik kompensasi. Kompensasi dari beberapa kerja teknis kamera. Tiga hal utama dari kinerja kamera tersebut adalah ISO, DIAFRAGMA dan SHUTTER SPEED. Ketiga hal inilah yang sesungguhnya paling berperan dalam teknis fotografi meski masih sangat banyak aspek teknis lainnya yang terdapat dalam sebuah kamera.
1. ASA/ISO (Kepekaan media terhadap cahaya)
Media yang dipakai dalam fotografi konvensional adalah suatu lapisan tipis (film) yang peka terhadap cahaya berupa butiran-butiran halus. Kepekaan terhadap cahaya ini dikategorikan dengan satuan ASA/ISO. Dalam fotografi digital media penerima cahaya ini berwujud sensor. Bedanya, kepekaan (ISO) pada sensor bisa diatur sewaktu-waktu tanpa perlu mengganti sensor.
Angka untuk ASA/ISO yang umum digunakan adalah 25, 50, 100, 200, 400 dan seterusnya yang merupakan kelipatan dari angka sebelumnya. Semakin besar angka ASA/ISO maka semakin peka terhadap cahaya dan memiliki butiran yang semakin kasar. Pada kamera digital, data ISO bisa lebih banyak variasi.
Penggunaan ASA/ISO dengan angka yang besar memungkinkan pemotretan dengan hanya sedikit cahaya seperti dalam ruangan, sore hari/mendung tetapi mempunyai efek hasil gambar yang kasar terutama dalam pencetakan gambar yang besar. Sedangkan ASA/ISO yang kecil membutuhkan banyak cahaya tetapi menghasilkan gambar yang halus dalam pembesarannya.

2. Kecepatan/Shutter speed.
Kecepatan/shutter speed adalah suatu mekanisme di dalam kamera yang mengatur lamanya cahaya yang masuk ke dalam kamera dalam satuan detik. Angka yang tertera di kamera adalah B, 1, 2, 4, 8, 15, 30, 60, 125, 250, 500 dan seterusnya yang merupakan kelipatan angka sebelumnya. Angka maksimal untuk Kecepatan/Shutter speed tergantung pada kemampuan dari kamera tersebut.
Angka-angka tersebut bukanlah angka yang sebenarnya dalam detik tetapi merupakan penyebut dari pecahan satu per ( 1/x) sehingga dengan angka yang tertera sebesar 60 maka cahaya yang masuk adalah satu per enam puluh detik (1/60 detik).
Efek yang ditimbulkan pada perubahan Kecepatan terutama pada benda bergerak. Benda bergerak yang di ambil dengan kecepatan tinggi akan terlihat diam dan yang diambil dengan Kecepatan rendah akan terlihat garis memanjang.
3. Diafragma
Diafragma adalah suatu mekanisme dalam kamera (lensa) yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke kamera. Bagian ini terdapat dalam susunan lensa berupa lembaran membentuk lubang/lingkaran yang bisa berubah ukuran. Semakin besar pembukaan diafragma maka semakin banyak cahaya yang masuk dan sebaliknya semakin kecil bukaan diafragma maka semakin sedikit cahaya yang masuk.
Angka yang biasanya tertera untuk diafragma adalah 1,4 - 2,8 - 4 - 5,6 - 8 - 11 - 16 dan 22. Angka yang besar menunjukkan bukaan diafragma yang kecil dan angka semakin kecil maka bukaan diafragma menjadi besar.
Banyaknya angka diafragma dalam suatu lensa tergantung juga pada kemampuan lensa untuk meneruskan cahaya. Misalnya lensa Sudut Lebar/Wide angle dengan susunan lensa sedikit dan pendek akan lebih banyak memasukkan cahaya, biasanya angka diafragma bisa mencapai 1,4 sedangkan pada lensa tele yang susunan lensanya lebih banyak dan panjang biasanya diafragma terendah sekitar 4 atau 5,6. Untuk keperluan khusus ada juga lensa tele dengan diafragma hingga angka 1,4 yang biasanya memiliki lensa yang sangat besar.
Diafragma mempunyai efek pada gambar yang disebut Depth of Field atau Ruang Ketajaman. Misalnya dengan menggunakan diafragma 1,4 atau dengan bukaan lebar maka semua benda sebelum dan sesudah obyek akan terlihat buram. Sedangkan pada penggunaan diafragma 22 atau bukaan kecil benda di depan obyek focus dan di belakangnya akan terlihat jelas.

4. Hubungan ASA/ISO, Kecepatan dan Diafragma.
Ketiga komponen yang mengatur masuknya cahaya ke dalam kamera tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Untuk jumlah cahaya yang masuk dengan porsi yang sama maka dengan perubahan salah satu faktor tersebut harus diimbangi dengan perubahan yang lainnya.
Sebagai contoh, suatu obyek di foto dengan ASA 100, 1/60 dan 5,6 maka bila kita menggunakan ASA 200 maka akan sama hasilnya dengan urutan 1/125 dengan 5,6 atau menggunakan 1/60 dengan diafragma 8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar